Sederhana Namun Indah πŸ’—

 Ternyata kebahagiaan dapat ditemukan dari hal-hal sederhana yang dilakukan.

Setelah hampir seminggu bekerja keras bagai kuda, di mana kantor saya ternyata tidak memberlakukan PPKM Online, padahal jiwa ini sangat berharap bisa bekerja dari rumah (sambil baring dan ngemil di kamar ternyaman saya, hehe), akhirnya punya kesempatan untuk menghabiskan waktu dengan Si Bebeb (red: pacar). Yah, kalau kemarin saya berulang kali uring-uringan karena merasa dia sibuk kerja, kegiatan organisasi, latihan paduan suara, pelayanan di desa nun jauh di sana, kali ini saya merasa begitu bahagia karena bisa menghabiskan waktu bersama.

Kami hanya berputar-putar di kota, dan kemudian beristirahat di sebuah tempat peristirahatan di luar kota yang tak jauh dari tempat tinggal. Sekadar berfoto-foto, kemudian makan makanan yang sempat kami beli dulu sebelum pergi dan lalu pulang ke rumah Si Bebeb. Tidak begitu banyak hal yang kami lakukan, bahkan tujuan untuk kami bepergianpun tidak ada sebelumnya. Dia tanya mau kemana, saya bingung tak tahu ke mana. Jawaban klise wanita: "tak tahu", "terserah", "saya ngikut saja", dst... πŸ˜†

Benar adanya, hal-hal sederhana memang membawa kesan istimewa tersendiri. Seperti foto-foto yang kami ambil sore itu. Banyak hasil foto yang mengecewakan, dan itu semua yang saya jepret.. tapi dia menyukainya. Dan semua foto-foto itu seakan ingin saya upload di semua media sosial saya untuk dijadikan kenangan yang akan selalu kulihat nantinya. Tapi dasar saya kadang minder untuk upload banyak foto, akhirnya 10 foto terbaik saja yang saya upload hehehe...

Tiga tahun kebersamaan sudah begitu mengajarkan saya banyak hal. Terutama hal-hal sepele namun bisa menjadi toxic dalam hubungan. Pada akhirnya, Many things made me courage at this relationship. I did every single toxic thing, and I swear those are so ridiculous.. maksud saya, begitu banyak hal-hal 'bodoh' dan tidak dewasa yang membuat hubungan semakin runyam dan tak nyaman untuk dijalani, hal-hal yang bersumber dari diri saya sendiri dan bukan pasangan. I try, I always try to ignore that from my mind. But that's always here.Instead be fine, I depressed to clear those things. And crying is works. Sometimes I lock the door and be alone, shut my phone down, turn off the light, the tears drop... so simple as that, but I never be fine.

Saya sadari bahwa segala ke-toxic-an itu bermula dari saya, dan saya pula yang harus mengakhirinya.

Kecemburuan saya,

His past,

His time,

"He never treat me right, but it's alright. I do it for him too"

"Why he is slow respond? I waiting so long..."

Pemikiran-pemikiran tersebut berseliweran dan tak pernah lepas. Saya termakan oleh pemikiran tersebut sehingga tidak dapat berpikir rasional tentang masa kini dan tentang kenapa dia tidak dapat membalas pesan-pesan saya seperti yang saya inginkan. Pemikiran tersebut menggerogoti kenyataan yang sebenarnya terjadi, yang sudah jelas terpampang dan masih saja saya minta penjelasan. Dengan tidak sabarannya, saya meminta jawaban.. saya memblokir bahkan menolak menerima kabar. Separah itu toxic yang diciptakan pemikiran sendiri, hingga akhirnya kami merasa cara menjalani hubungan ini saja sudah salah. Everything must o be fixed.

Mulanya kami acuh tak acuh. Berbaikan hanya terhitung 2 hari, kemudian kami bertengkar dengan alasan sepele lagi, dan berbaikan lagi. Siklus itu berlangsung cukup lama, membuat kami hampir jenuh dan memilih pergi.

Lihat?

Tidak mudah menjalani hubungan, ajaibnya kami bertahan hingga 3 tahun. Saya menyadari benar bahwa dialah yang saya butuhkan untuk menjadi pasangan sekaligus sahabat saya, yang menerima saya sebagaimana saya sekarang dan menjadikan saya selayaknya teristimewa baginya. Lalu, dengan rasa sayang yang tak pernah berakhir ini, saya mencoba memperbaiki segala sikap saya. Saya berusaha lebih dewasa dalam menghadapi hal-hal yang bisa membuat saya triggered. Untuk saat ini bisa dikatakan saya cukup menguasai diri, tetap tenang dan tetap rasional dalam berpikir. 

Tulisan ini tidak bisa mewakili kebahagiaan dan batu sandungan yang kami hadapi selama 3 tahun ini. Memori bahagia terpatri lewat foto-foto yang kami usahakan selalu diunggah sebagai pengingat bahwa kami saling menyayangi. Bahwa, hubungan ini ingin kami jaga selayaknya hubungan yang kuat diterpa badai.

Tiga tahun yang tidak mudah, dan penuh makna. Salah satu harap dalam doa yang selalu saya haturkan, semoga menjadi suatu jawaban di kemudian hari menurut waktu Tuhan, semoga baik adanya.

Terima kasih untuk begitu banyak rasa suka bersama, CB πŸ’™ 




Komentar

Postingan Populer