Toxic of The Day #1

 Hai.

Jadi hari ini saya menulis lagi di blog. Beberapa tahun lalu saya jarang sekali menulis karena tidak bisa fokus dan tidak tahu menulis apa, tapi sekarang sepertinya banyak yang hendak saya tuliskan. Lebih tepatnya banyak hal yang hendak saya curahkan, hehe.

Jadi sudah hampir 3 tahun kami berpacaran, lebih tepatnya sih 2 tahun 9 bulan (kalo besok tanggal 3 berarti sudah genap 2 tahun 10 bulan). Makin lama makin aneh gaya berpacaran kami, entahlah status kami yang sekarang berpacaran atau tidak, hehehe. Bagaimana bisa dibilang berpacaran, sejak perkelahian besar kami yang terakhir kali, tidak ada kata berbaikan yang nyata, tapi sudah pake panggilan sayang lagi. Aneh beud deh, dia di media sosial apa kabar dah? Secara, setelah perkelahian itu kami benar-benar menghapus semua foto bersama yang ada di akun masing-masing. Dan kemudian, ada banyak hal-hal janggal yang saya lihat di akun media sosialnya (bayangkan dulu, kami sudah tidak saling berteman di medsos, njay!). Memang benar-benar absurd ini hubungan.

Setiap haripun kami jarang berkabar, sudah jarang berkirim pesan dan sudah jarang bertemu. Baru saja kuhitung di room chat, dia baru 7 kali membalas pesan saya di hari ini. Hahaha, kocak dah!

Tapi saya sudah tidak penasaran lagi, dan juga tidak ingin tahu lagi. Bosan. Kadangkala seperti sedang mencari-cari alasan untuk bertengkar dan menyudahi semuanya. Saya menurut saja, mengikuti logikanya saja, karena pada dasarnya jika mulai membenarkan diri tidak akan menang. Sudah berulang kali terjadi dan saya sudah mengikuti pola itu. Sepertinya dalam hubungan ini saya yang paling ditindas. Kayak masa penjajahan saja, lemah saya tuh!

Dan sampai detik ini, dia tidak punya inisiatif untuk datang ke rumah. Salah satu alasan klasik yang sudah malas saya bahas bersamanya. Sungguh malas hingga saya lebih bersyukur tidak ada pertemuan. Yah mau bagaimana, Hingga Maret 2021 ini saja dia hanya datang sekitar 3 kali, itupun untuk hal-hal yang bukan menyangkut hubungan kami. Hanya datang supaya dinilai baik oleh orangtua.

Jenuh dengan hubungan membuat saya acuh tak acuh. Toh hidup masih berputar, jika akhirnya kami tidak bisa bersama, saya akan tetap menjalani hidup, walaupun akan menderita kesakitan duluan. Akan saya lakukan hal-hal yang saya jadikan prioritas belakangan dulu karena mengutamakan hubungan ini. Masih ada impian yang belum saya raih, masih ada barang yang belum saya beli (hehehe).

Beberapa impian terkubur karena pekerjaan, dan tentunya hubungan ini. Tapi saya tidak lagi memikirkannya, lebih baik saya mengejar impian saya dan mendapatkan apa yang saya inginkan daripada saya harus manut pada hal yang belum pasti.

Semoga di kemudian hari saya bisa menggapai impian saya, dan juga menjalani hubungan yang baik.

Komentar

Postingan Populer